Teknologi kini bukan lagi bagian dari hidup kita—ia adalah hidup kita. Dari bangun pagi yang disambut notifikasi update sistem operasi, sampai malam di mana kita harus men-charge lebih banyak perangkat daripada menyapa tetangga, dunia telah berubah.

Dulu, kita bangga bisa hafal nomor telepon pacar. Sekarang? Kita bahkan lupa ulang tahun sendiri kalau bukan Facebook yang ngasih tahu. Di rumah, kulkas bisa ngasih tahu kalau kehabisan telur, sementara kita sendiri sering lupa nyalain rice cooker. Keren, kan? Atau malah serem?
Tak hanya memudahkan, teknologi juga diam-diam bikin kita malas gerak. Belanja cukup dari kasur, kerja cukup buka laptop, ngobrol cukup ketik “wkwk” di chat grup. Interaksi fisik? Paling banter pas go-food datang dan kita harus ambil pesanan di pagar.
Tapi jangan salah, teknologi bukan cuma soal kemalasan atau kenyamanan. Ia juga membawa peluang—dari UMKM bisa jualan online sampai anak-anak desa bisa belajar coding. Tantangannya? Kita harus bisa menyesuaikan diri, tanpa kehilangan jati diri. Jangan sampai kita sibuk ngurus avatar, tapi lupa diri kita yang asli lagi ngambek karena kurang tidur.
Jadi, lain kali saat HP kamu minta update jam 3 pagi, ingat: itu bukan cuma mesin. Itu partner hidup digital yang (kadang) lebih perhatian daripada mantan.
Tertarik dengan topik seperti ini?
Klik di sini untuk cek produk dan artikel lainnya!
(Red.)